Suatu hari, seorang teman gue di
kantor (yg dulu) datang telat. Tumben-tumbenan lho, dia telat. Ternyata, kereta yang notabene kendaraan
andalannya mogok. Jadilah Si teman yang rumahnya di Bogor itu harus bersusah
payah untuk sampai ke markas kita di Kuningan. Menjelang makan siang, akhirnya
si teman tersebut sampai. Ia menceritakan kronologis peristiwa
“perkeretaan” tersebut plus gimana caranya dia sampai.
“Untungnya,….” kata si teman yang
mau menceritakan bahwa untung saja di tengah berbagai kekacauan mogok
kereta tersebut akhirnya ia bisa menemukan taksi (walau dengan susah payah). Tapi belum
selesai ia bercerita, teman tersebut menambahkan...
“Emang dassar ya gue orang Indonesia banget. Sudah kejadian naas
segitunya, masih aja ada “Untung”-nya hahaha…”
Gue jadi inget cerita tentang Si Sayang dan Si Untung (bukan nama sebenarnya-red), hehe… Pokoknya ada dua orang cewek yang duduk di sekolah dan kelas yang sama, malah mereka lahir di hari yang sama. Pokoknya banyak kesamaan di antara mereka, kecuali nasib mungkin.
Gue jadi inget cerita tentang Si Sayang dan Si Untung (bukan nama sebenarnya-red), hehe… Pokoknya ada dua orang cewek yang duduk di sekolah dan kelas yang sama, malah mereka lahir di hari yang sama. Pokoknya banyak kesamaan di antara mereka, kecuali nasib mungkin.
Hari itu mereka sama-sama berulang tahun.
Si Sayang yang menjadi kesayangan keluarga sudah tentu mendapatkan pesta
teristimewa. Halaman belakang rumahnya yang luas disulap menjadi area open party.
Si Untung pun datang ke ulang tahun Sayang. Soalnya, Untung nggak cukup
beruntung bisa merayakan ulang tahun sweet
17-nya. Cukup ucapan selamat ala kadarnya dari ortu dan adik semata wayang.
Wajah Sayang yang terpoles sempurna
malam itu agak gusar sejenak. Ia berkata dalam hati…”Hmmm… Tonight is my Sweet 17 Party. SAYANG, gue nggak bisa ngerayain di hotel kayak impian gue.”
Sementara itu, si Untung juga berkata dalam hati. “UNTUNG aja gue datang ke pesta ini. Biarpun ulang tahun gue nggak dirayain, tapi gue seneng banget bisa ngerasain acara ini”
Sementara itu, si Untung juga berkata dalam hati. “UNTUNG aja gue datang ke pesta ini. Biarpun ulang tahun gue nggak dirayain, tapi gue seneng banget bisa ngerasain acara ini”
Nah, saat tiup lilin, Sayang yang
didampingi Jo -sang pacar- meniup lilin sembari make wishes, “Baik banget ya, si Jo sudah ngasih kue
spesial untuk gue. Dia emang pacar yang ok, ganteng, pengertian…SAYANG..kenapa
sih da nggak tinggi. Padahal, gue yakin banget kalau prince charming gue itu tinggi, sporty, kayak pemain basket gitu.
Kenapa cewek-cewek lain bisa dapetin cowok yang sempurna. Tapi gue nggak,”
batin si Sayang.
Di saat yang hampir bersamaan, Untung
pun ikutan berdoa dalam hati dan dari kejauhan. Soalnya kan, hari ulang
tahunnya sama, jadi mungkin "magic spell"-nya bisa untuk berdua, hehehe… pikinya.
Untung pun bergumam, “Semoga tahun ini akhirnya gue bisa punya cowok. Nggak cuma
sekadar dekat, terus nggak berlanjut. Kayak Vino yang menganggep gue hanya sebagai teman. Tapi,
UNTUNG juga ya, gue ketemu Vino. Biarpun gue kecewa, tapi at least dia
bikin gue tahu rasanya sayang sama cowok.”
“Selamat ya, Say! Cantik banget deh,
kamu malam ini. Pangling banget!” Segerombolan cewek menyapa Sayang. Sayang
memang senang banget dengan segala perhatian yang ditujukan padanya. Pokoknya
semua berjalan nyaris sempurna. SAYANGNYA, ada beberapa undangan yang ia yakin
nggak tulus, bahkan kesini hanya untuk “menilai” dirinya. SAYANGNYA lagi,
meskipun banyak orang memuji penampilannya, Sayang tahu banget bahwa untuk “level”
sempurna, dirinya masiiiih jauuuuuuh banget. Body-nya nggak sekeren Vinda,
wajahnya nggak mulus berat kayak Sisy. Meskipun beribu orang memuja, ia tetap
tahu persis di mana letak kekurangan dirinya. Huh!
“Wah, cantik banget ya si Sayang!”
Untung berdecak mengagumi temannya itu. Penampilannya Untung sendiri memang
tergolong kelas biasa-biasa saja, nggak ada yang istimewa. Namun komentar
beberapa orang saja tentang ia yang terlihat manis dengan rok cukup
melambungkan hatinya. “UNTUNG saja gue pilih rok ini, biarpun modelnya udah out
of date tapi masih lumayan pantas dipakai. Maklum koleksi “baju cewek” gue kan minimalis,” pikir Untung.
Malam harinya, Untung tidur pulas.
Seharian ini memang cukup melelahkan baginya. Dari harus remed dua pelajaran di pagi harinya, baju yang sudah dia siapkan
untuk ulang tahun Sayang nggak sengaja dicuci ibu (hingga harus buru-buru bongkar lemari untuk baju lain), sampai terpaksa harus menunggu
lama di depan halte sekolah untuk bisa nebeng ke ulang tahun Sayang. Tapi
ini pun hari ulang tahunnya. Biarpun sama sekali nggak dirayakan, ia tetap merasa
sangat BERUNTUNG punya keluarga yang selalu mengingat hari istimewanya. Bahkan ia pun cukup
BERUNTUNG sempat merasakan ulang tahun temannya, si Sayang. Masalah remedial,
ia memang bukan siswa yang cemerlang, tapi ia yakin kok ia bisa memperbaiki.
UNTUNG saja gurunya masih memberinya kesempatan. Tersenyum dalam tidurnya,
Untung merasa jadi orang paling BERUNTUNG di dunia.
Sementara Sayang juga sudah tertidur
di ranjangnya yang amat nyaman. Hari ini hari yang sangat istimewa untuknya.
Ada kado istimewa dari orang-orang terdekat, pesta luar biasa, dan
penampilannya yang cantik jelita. Sayang memang nggak jadi “Sang Putri Sehari”.
Karena kalau diperhatikan, di hari-hari lain ia sama “bersinar”nya, kok. Punya
banyaaak teman, nilai bagus, wajah di atas lumayan, pacar rupawan, keluarga
hartawan….dan “an-an” lainnya. SAYANGYA, menurut sayang, ia nggak cukup pintar
sampai-sampai ia nggak pernah menembus rangking dua besar selama SMA. Ia pun
MENYAYANGNKAN satu-dua jerawat yang doyan banget tampil di wajahnya. Punya
Pacar yang ia sangat sayang, tapi SAYANGNYA bukan soulmate-nya, dan segala macam rencananya yang nggak pernah bisa
100 persen sesuai rencana. “Hidup benar-benar nggak adil,” jerit Sayang dalam
benaknya. Bantal bulu angsa Sayang masih lembab berkat air mata yang
menemaninya hingga tertidur tadi. Dalam mimpi pun Sayang masih terisak.
So, mau jadi Si Sayang atau Si Untung?
XOXO,
T
No comments:
Post a Comment